Media dan Konglomerat Digital di Indonesia
Saya ingin sedikit berbagi, siapa sebenarnya para konglomerat media yang menguasai lanskap media di Indonesia saat ini, baik itu televisi, radio, media cetak, maupun media daring (online). Media di Indonesia semata-mata dijadikan ladang bisnis yang menguntungkan bagi kepentingan korporasi.
Merlyna Lim mengatakan bahwa saat ini ada tiga belas kelompok media yang mengontrol semua saham televisi komersial nasional, memiliki lima dari enam surat kabar dengan sirkulasi tinggi, empat situs media online terpopuler, sebagian besar radio, dan sebagian besar jaringan televisi lokal.
Pengamatan Ignatius Haryanto menyebutkan bahwa media cetak kian berada di tangan sekelompok kecil orang, setidaknya sembilan kelompok bisnis mengendalikan separuh media cetak di Indonesia.
Sementara Yanuar Nurgroho dkk menyimpulkan bahwa dua belas kelompok media besar mengontrol hampir semua kanal media Indonesia, termasuk penyiaran, media cetak, dan media daring (online), yang menurut mereka berarti industri ini di dorong oleh "kepentingan kapitalis".
Siapa saja para konglomerat tersebut?
1. Chairul Tanjung
Ia adalah pemilik perusahaan CT Corp yang juga memiliki anak perusahaan media yaitu Trans Corp. Siapa coba yang tak mengenal Trans Corp? Stasiun televisi utamanya pasti sering kalian tonton seperti TransTV, Trans7, dan CNN. Sedangkan media daring yang ia miliki yaitu Detik dan CNN.
2. Hary Tanoesoedibjo
Nama yang tak asing, jangan tanya kenapa Mars Partai Perindo sering berkumandang di MNC TV, GlobalTV, dan RCTI karena memang ia pemiliknya.
Perusahaan utamanya adalah Global Mediacom yang bergerak dalam bidang investasi pada bidang usaha media dan telekomunikasi. Anak perusahaan medianya adalah MNC Group, pemilik stasiun televisi diatas. Dalam media cetak, Hary adalah pemilik koran sindo, sedangkan urusan media daring ia juga mengontrol Okezone dan Sindonews.
Tak cukup sampai disitu, ia juga memiliki stasiun radio unggulan yaitu Trijaya FM, ARH Global, dan Radio Dangdut. Hebat bukan konglomerat yang satu ini wkwk
Baca juga: Orangtua Sering Menyuruh, Berterima Kasihlah
3. Eddy Sariatmadja
PT Elang Mahkota Teknologi atau yang disingkat EMTEK adalah perusahaan yang bergerak dalam industri media dan infrakstruktur telekomunikasi, didirikan oleh Eddy Sariatmadja pada tahun 1983.
Anak perusahaan medianya adalah SCMA Group atau yang familiar di masyarakat kita adalah FTV-nya SCTV dan Liga Dangdutnya Indosiar serta O-Channel. Kalau misalkan ada siaran Liga 1 di Indosiar kenapa disiarkan juga di SCTV dan O-Channel, hal ini karena pemiliknya memang itu-itu saja.
Media daring yang Eddy miliki dan tidak kalah populernya adalah Liputan6. Adapun stasiun radio miliknya adalah El Shinta.
4. James Riady
Tau Meikarta? Kota baru yang sedang dibangun bagi para elit di Cikarang itu adalah milik Lippo Group yang saat ini di pimpin oleh James Riady.
Lippo Group pada dasarnya memang perusahaan yang bergerak dalam bidang properti, tetapi juga memiliki anak perusahaan media yaitu BeritaSatu dan pemilik televisi serta media daring dengan nama yang sama.
BeritaSatu ini juga mengontrol media ceta Suara Pembaruan, Investor Daily, dan The Jakarta Globe.
Perusahaan media milik James Riady ini memang kalah bersaing dengan para kompetitor-kompetitor sebelumnya. Tetapi itu saja sudah cukup untuk mendukung kepentingan korporasi miliknya.
5. Jacob Oetama
Nama Jacob Oetama tidak sepopuler perusahan media dan penerbitan miliknya yaitu Kompas Gramedia. Anak perusahaan medianya Kompas Group saat ini mengontrol stasiun televisi KompasTV dan media cetak Kompas.
Menariknya, Tribunnews yang begitu merajalela dalam berita-berita media online ternyata milik Jacob Oetama.
Barangkali ada yang sepemikiran dengan saya, kenapa berita-berita di Tribun itu kebanyakan tidak berkualitas, bahkan kadang menyebarkan berita Hoax, yang akhirnya kena semprot Deddy Corbuzier.
Mungkin ya, berita yang memiliki kualitas lebih baik disimpannya di Kompas, sedangkan berita yang kaleng-kaleng di kuasai oleh Tribunnews ini.
Oh ya, Kompas Group juga mengontrol stasiun radio yaitu Sonora Otomotion.
6. Aburizal Bakrie
Kayaknya tak perlu perkenalan untuk nama yang satu ini karena rata-rata pasti sudah tahu-lah.
Ical, sapaan akrab Aburizal Bakrie, bersama saudaranya Nirwan Bakrie adalah pemilik perusahaan Bakrie Group adalah perusahaan yang bergerak dalam banyak bidang, termasuk pertambangan, MIGAS, infrastruktur, pertambangan bahkan media telekomunikasi.
Perusahaan media miliknya adalah VisiMedia Asia yang mengontrol stasiun televisi TVOne dan ANTV, serta mengendalikan media online Viva.
Makanya, tak aneh rasanya jika keluarga Bakrie ini masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Baca juga: Refleksi Kisah Dalem Boncel Masa Kini
7. Dahlan Iskan
Dahlan Iskan adalah pemilik Jawa Pos Group yang konsisten bergerak dalam bidang media telekomunikasi. Ia adalah pemilik stasiun televisi JawaPosTV dan koran JawaPos. Selain itu, ia juga mengontrol media online JPNN dan stasiun radio Fajar FM (Makassar).
8. Surya Paloh
Seorang konglomerat yang penuh kontroversi karena stasiun televisi miliknya di cap masyarakat dengan istilah MetroTivu.
Ya, Surya Paloh adalah pemilik MetroTV yang bernaung dibawah Media Group. Ia juga pemilik surat kabar Media Indonesia dan pemilik media online Metrotvnews.
Itulah 8 orang konglomerat yang perusahaan medianya, kini telah menjadi media arus utama di Indonesia.
Media-media di atas hampir semuanya memiliki kantor pusat di Jakarta, maka jangan aneh apabila berita yang ada di televisi, koran, maupun media online isinya selalu saja tentang Jakarta atau paling jauh Jabodetabek, hehe
Media di Indonesia memang kebanyakan Jakartasentris.
Selain itu, kalau kalian bercita-cita ingin menjadi Presiden RI, cukup dengan merayu 8 orang diatas, saya yakin kalian akan langsung terkenal dari Sabang sampai Merauke. wkwk
Terakhir, mungkin ada sebagian orang yang bertanya, kenapa MetroTV selalu saja memberitakan kebaikan Jokowi dan berita negatif tentang Prabowo. Sebaliknya, TVOne lebih banyak memberitakan hal yang baik dari Prabowo dan berita negatif tentang Jokowi?
Jawabannya, lihat saja pemilik media tersebut siapa dan kemana arah dukungan politiknya. Media kita masih saja dikendalikan oleh kepentingan bisnis dan politik para pemiliknya yang tentunya memiliki modal besar hingga menyisihkan Media Lokal Independen.
Lantas, bagaimana nasib media lokal tersebut sekarang? Ini kita bahas dalam tulisan berikutnya.
Penulis: Dzikri Khasnudin
Sumber Utama:
Kuasa Media di Indonesia, karya Ross Tapsell
Referensi:
- Merlyna Lim (2010). "League of 13: Mapping Concentration in Indonesia"
- Ignatius Haryanto (2011). "Media Ownership and Its Implicationsfor Journalists and Journalism in Indonesia"
- Yanuar Nugroho, D.A Putri, dan Shinta Laksmi (2012). "Mapping the Landscape of he Media Industry in Contemporary Indonesia"
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus