Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Perjuangan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Berabad – abad lamanya, bumi kita ditindas. Membuat perpecahan, peperangan, permusuhan dan kekerasan serta perbudakan. 

Pribumi tak lagi mampu bersatu, karena jerat penjajahan memisahkannya dengan kebebasan berkehidupan. Perjuangan untuk lepas dari jerat perbudakan hanya sebatas kedaerahan. 

Tak ada yang meyatu menjadi pasukan besar dalam medan perang. Sedang para tirani gencar meluncurkan serangan adu domba dari pasukan satu ke pasukan lainnya. Hingga pada akhirnya perjuangan hanya sebatas upaya mengakhiri hidup tanpa menghasilkan apa-apa.
kisah perjuangan sumpah pemuda
Pict By www.venuemagz.com
Namun setelah lamanya berjuang sepihak, sumpah menggaung di angkasa, mendobrak cakrawala. Pada hari itu perpecahan tiada bukan hanya kerikil yang telah disingkirkan dari jalanan. 

Muda mudi dengan jiwa kesatria mengikat persatuan demi kemajuan. Kesatria selatan, utara, barat dan timur bergabung menjadi kesatria Indonesia muda "28 Oktober 1928" menjadi titik balik perjuangan melawan penindasan, dimana pemudanya memberi perubahan lewat persatuan.

Soetomo, seorang pemuda yang menggaungkan sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, menjadi pendobrak dan inspirasi bagi lahirnya organisasi – organisasi pemuda lain yang mempersatukan para muda – mudi pejuang bangsa. 

Hingga tercetus kongres pemuda pertama 1926 yang dihadiri oleh seluruh organisasi pemuda se-Nusantara. Disinilah diputuskan untuk menyatukan visi seluruh organisasi pemuda, namun belum ada kesepakatan sehingga mendorong diadakannya kongres pemuda ke dua pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat 106 Jakarta. 

Di kongres ini pula W.R. Supratman mengalunkan lagu ciptaannya yang berjudul Indonesia Raya yang sekarang menjadi lagu wajib nasional pengiring dalam pengibaran sang saka merah putih.

Pada 28 Oktober, seluruh organisasi kedaerahan menyatu menjadi Indonesia muda, yang disatukan oleh sumpah pemuda. Sumpah bertanah satu, berbangsa yang satu, dan berbahasa yang satu. 

Sumpah suci yang menjadi janji abadi untuk mengabdi pada negeri, dan terus bersatu demi Indonesia yang satu. Sumpah yang akan selalu diucap oleh semua pemuda bangsa dari masa ke masa.

Namun, rasanya bila memandang hari ini, sumpah itu hanya sekedar tulisan peninggalan sejarah yang terpajang tanpa dihiraukan akan makna dan perjuangan yang mengiringinya. 

Sumpah itu hanya sekedar hafalan pelajaran, bukan untuk direalisasikan. Kini yang terjadi malah sebalikya, tawuran yang menimbulkan perpecahan antar kaum muda menjadi kegiatan yang umum terjadi. 

Media sosial dijadikan wadah untuk mem-bully orang, dan pertikaian sesama teman telah mengesampingkan akan sumpah pemuda itu. 

Lantas siapa yang akan mengucap dan menepati sumpah pemuda itu jika kaum muda itu sendiri telah melanggarnya ? 

Ir. Soekarno mengatakan “berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. 

Betapa besar peran yang dimiliki kaum muda, maka kaum muda sendiri yang akan menentukan nasib negeri ini. Kaum muda bukan hanya yang pandai berhitung dan menulis, tapi kaum muda adalah mereka yang sanggup dan mampu berkorban dan berjuang pada negerinya serta mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. 

Penulis: Febriyani Nurhida (SMAN 7 Garut)

Posting Komentar untuk "Kisah Perjuangan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928"