Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tawakal dan Ikhtiar

Sayid berkata, "Tawakal adalah percaya sepenuh hati terhadap apa-apa yang ada pada Allah, dan putus asa terhadap apa-apa yang ada pada manusia."
📚[Sayyid, Ta'rifat as-Sayyid, hlm. 48.]

Ibnu Ujaibah mengatakan, "Tawakal adalah kepercayaan hati terhadap Allah, spai dia tergantung kepada sesuatu selain-Nya. Dengan kata lain, tawakal adalah bergantung dan bertumpu kepada Allah dalam segala sesuatu, berdasarkan pengetahuan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Selaik itu, tawakal juga menuntut Subjek untuk melebihkan semua yang ada dalam kekuasaan Allah lebih dipercaya daripada yang di tangan subyek."
📚[Ahmad Ibnu Ujaibah, Mi'raj at-Tasyawwuf ila Haqa'iq at-Tashawwuf, hlm. 8]
tawakal dan ikhtiar

Kata yang lain, "Tawakal adalah engkau mencukupkan diri dengan pengetahuan Allah tentang dirimu, dari ketergantungan hatimu kepada selain Dia, dan engkau mengembalikan segala sesuatu hanya kepada Allah."
📚[Muhammad Ibnu Allan ash-Shiddiqi, Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihim, vol. II, hlm.2]

Abu Said al-Kharraz berkata, "Tawakal adalah percaya kepada Allah, bergantung kepada-Nya dan tenteram terhadap-Nya dalam menerima segala ketentuan-Nya, serta menghilangkan kegelisahan dari dalam hati terhadap perkara duniawi, rezeki dan semua urusan yang penentunya adalah Allah"
📚[Abu Sa'id al-Kharraz, ath-Thariq illah, hlm. 56]

Jadi, tawakal kepada Allah adalah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, bergantung dalam semua keadaan kepada-Nya, dan yakin bahwa segala kekuatan dan kekuasaan hanya milik-Nya.

Tawakal merupakan sikap hati, tidak ada pertentangan antara tawakal kepada Allah dan antara bekerja serta berusaha. Tempat tawakal adalah hati, sedangakan tempat berusaha dan bekerja adalah badan. 

Bagaimana bisa seorang mukmin meninggalkan usaha setelah Allah memerintahkannya dalam ayat-ayat yang mulia dan Rasulullah ﷺ menganjurkannya dalam banyak hadist.

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ﷺ dengan mengendarai unta, lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, apakah aku boleh melepaskan untaku, lalu aku bertawakal?"_
Rasulullah ﷺ menjawab" ikatlah dia (terlebih dahulu), lalu bertawakallah."_
📚[HR. Tirmidzi]

Oleh karena itu, para ulama beranggapan bahwa tidak bekerja atau tidak berusaha adlaah kemalasan yang tidak sesuai dengan jiwa Islam.

Al-Qusyairi berkata, "Tempat tawakal adalah hati. Dan gerakan dengan anggota tubuh tidak bertentangan dengan tawakal dalam hati, setelah seorang hamba yakin bahwa takdir adalah kehendak Allah. Jika sesuatu sulit, maka itu adalah karena takdirNya. Dan jika dia sesuai (dengan keinginan kita), maka itu karena kemudahanNya."
[Abu Qasyim Al-Qusyairi, ar-Risalah al-Qusyairiyyah, hlm. 76]

Al-Ghazali berkata, "orang yang bodoh menyangka bahwa syarat tawakal adalah meninggalkan usaha dan pengobatan, serta menyerah pada semua yang menghancurkan. Hal ini merupakan kesalahan, karena semua itu diharamkan oleh syari'at. Syariat telah memuji tawakal dan mengharuskannya. Maka bagaimana bisa tawakal diterima jika dia berkaitan dengan hal-hal yang dilarang?"
[Abu Hamid Al-Ghazali, al-Arba'in fi Ushul ad-Din, hlm. 236]

Qadhi Iyadh berkata, "...Usaha tersebut merupakan sunnah Allah dan Hikmah-Nya. Dan seseorang harus yakin bahwa itu tidak dapat memberi manfaat dan menolak mudharat. Akan tetapi, semuanya bersumber dari Allah"
[Muhammad Ibnu Allan ash-Shiddiqi, Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin, vol. II hlm. 3]

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📚[Disalin dari Kitab Haqa 'iq at-Tashawwuf, Syaikh Abdul Qadir Isa, hal. 262-263]

Posting Komentar untuk "Tawakal dan Ikhtiar"