Pak Ayi yang Kami Cintai
Bila mesti menyebut satu nama yang paling berjasa dalam upaya menambah jumlah pemuda-pemudi yang mengenyam pendidikan tinggi dari Kandangwesi, khususnya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Garut, maka Ayi Hadiyat adalah yang paling tepat.
Pak Ayi, demikian kami akrab menyapanya, adalah orang yang rela begadang demi mengurus pendaftaran puluhan siswa-siswi yang hendak mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi. Kegiatan itu bukan hanya ia lakukan sekali, melainkan setiap tahun. Paling tidak sejak 2010 silam.
Dibanding pendaftarnya sendiri, Pak Ayi justru kerap menjadi orang yang lebih sibuk mempersiapkan segalanya, mulai dari daftar nilai sejak beberapa semester sebelumnya, hingga perkara teknis mengenai jaringan internet yang diperlukan guna melakukan input data secara online.
Tak jarang, saking membludaknya jumlah pendaftar, proses input data tersebut dilakukan di rumahnya, secara beramai-ramai, hingga tengah malam, karena sekolah praktis ditutup pada pukul 17.00 sesuai aturan yang berlaku.
Ratusan pemuda-pemudi dari Kandangwesi kini tercatat sebagai mahasiswa maupun sarjana di dan dari berbagai perguruan tinggi, mulai dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, Universitas Siliwangi (UNSIL), Universitas Soedirman (UNSOED) serta berbagai perguruan tinggi lain yang tak dapat disebutkan satu per satu.
Kebetulan, sebagian besar di antaranya bukanlah siswa-siswi yang berasal dari latar belakang keluarga yang berpunya. Dan berkat, salah satunya, jasa Pak Ayi, kini mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi tanpa perlu merogoh kocek sedikit pun, kecuali untuk sekedar jajan, karena dibacking oleh beragam beasiswa yang juga dalam prosesnya terdahulu, diurus oleh Guru yang sekaligus Ustadz ini.

Sekian tahun berlalu, Pak Ayi tetap menjadi Pak Ayi yang dulu. Pak Ayi yang masih mirip Tompi. Serta sederhana dan jenaka sebagaimana yang kami kenal sebelumnya. Namun pemuda-pemudi yang ia kirim ke berbagai perguruan tinggi dan telah wisuda, yang sebelumnya berasal dari keluarga nan tak berpunya, kini telah berubah nasibnya. Mereka, di posisinya masing-masing, tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jakarta, Bogor, Bandung, Purwokerto dan bahkan mancanegara.
Untuk sementara waktu, tak ubahnya bangau, mereka terbang ke sejumlah arah. Namun satu yang pasti, suatu saat mereka pasti akan kembali, seperti apa yang dulu selalu dipesankan oleh Pak Ayi,"Bral geura nyariar elmu. Robah nasib hidep masing-masing. Mun geus sukses, omat ulah poho ka lemah cai, ka jelema leutik nu butuh ku pitulung urang. Fastabiqul Khairat, Jang. Nyi. Ku modal dzikir jeung pikir".
Pak Ayi, pesan-pesanmu masih terngiang di telinga ini. Jasa baikmu juga tetap terekam dalam memori. Engkau salah satu guru terbaik yang pernah kami miliki. Betapa lama kami tak menemuimu lagi. Untuk sekedar bercengkerama. Mengenang masa lalu, serta tentunya mengucap terima kasih.
Panjang umur dan sehatlah selalu, Guru.
Kami merindukanmu.
Mari bantu Pak Ayi membangunan kawasan Agro-Techno Park Kandangwesi. Selengkapnya klik di : #BangunKandangwesi
Penulis : Yoga Prayoga. Dapat ditemukan di Instagram @prayoga.id.ea
Pak Ayi, demikian kami akrab menyapanya, adalah orang yang rela begadang demi mengurus pendaftaran puluhan siswa-siswi yang hendak mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi. Kegiatan itu bukan hanya ia lakukan sekali, melainkan setiap tahun. Paling tidak sejak 2010 silam.
Dibanding pendaftarnya sendiri, Pak Ayi justru kerap menjadi orang yang lebih sibuk mempersiapkan segalanya, mulai dari daftar nilai sejak beberapa semester sebelumnya, hingga perkara teknis mengenai jaringan internet yang diperlukan guna melakukan input data secara online.
Tak jarang, saking membludaknya jumlah pendaftar, proses input data tersebut dilakukan di rumahnya, secara beramai-ramai, hingga tengah malam, karena sekolah praktis ditutup pada pukul 17.00 sesuai aturan yang berlaku.
Ratusan pemuda-pemudi dari Kandangwesi kini tercatat sebagai mahasiswa maupun sarjana di dan dari berbagai perguruan tinggi, mulai dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, Universitas Siliwangi (UNSIL), Universitas Soedirman (UNSOED) serta berbagai perguruan tinggi lain yang tak dapat disebutkan satu per satu.
Kebetulan, sebagian besar di antaranya bukanlah siswa-siswi yang berasal dari latar belakang keluarga yang berpunya. Dan berkat, salah satunya, jasa Pak Ayi, kini mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi tanpa perlu merogoh kocek sedikit pun, kecuali untuk sekedar jajan, karena dibacking oleh beragam beasiswa yang juga dalam prosesnya terdahulu, diurus oleh Guru yang sekaligus Ustadz ini.

Sekian tahun berlalu, Pak Ayi tetap menjadi Pak Ayi yang dulu. Pak Ayi yang masih mirip Tompi. Serta sederhana dan jenaka sebagaimana yang kami kenal sebelumnya. Namun pemuda-pemudi yang ia kirim ke berbagai perguruan tinggi dan telah wisuda, yang sebelumnya berasal dari keluarga nan tak berpunya, kini telah berubah nasibnya. Mereka, di posisinya masing-masing, tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jakarta, Bogor, Bandung, Purwokerto dan bahkan mancanegara.
Untuk sementara waktu, tak ubahnya bangau, mereka terbang ke sejumlah arah. Namun satu yang pasti, suatu saat mereka pasti akan kembali, seperti apa yang dulu selalu dipesankan oleh Pak Ayi,"Bral geura nyariar elmu. Robah nasib hidep masing-masing. Mun geus sukses, omat ulah poho ka lemah cai, ka jelema leutik nu butuh ku pitulung urang. Fastabiqul Khairat, Jang. Nyi. Ku modal dzikir jeung pikir".
Pak Ayi, pesan-pesanmu masih terngiang di telinga ini. Jasa baikmu juga tetap terekam dalam memori. Engkau salah satu guru terbaik yang pernah kami miliki. Betapa lama kami tak menemuimu lagi. Untuk sekedar bercengkerama. Mengenang masa lalu, serta tentunya mengucap terima kasih.
Panjang umur dan sehatlah selalu, Guru.
Kami merindukanmu.
Mari bantu Pak Ayi membangunan kawasan Agro-Techno Park Kandangwesi. Selengkapnya klik di : #BangunKandangwesi
Penulis : Yoga Prayoga. Dapat ditemukan di Instagram @prayoga.id.ea
💓
BalasHapuskeren_____✍
BalasHapushatur nuhun.
HapusMasya allah, saya terharu bacanya 😢
BalasHapusDoakan selalu, semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan.
HapusMasyaAllah semoga sehat terus pak, aamiin
BalasHapusYaa robb jadi teringat beliau pas waktu jadi pembina FORMIS
BalasHapusSalam untuk pak Ayi dari Negri Kinanah...
Kami takan lupa dengan jasa beliau